Apa itu ekosistem?

Ekosistem adalah konsep fundamental dalam ilmu lingkungan yang mencakup interaksi antara makhluk hidup (biotik) dan komponen non-hidup (abiotik) di dalam suatu lingkungan tertentu. Ekosistem dapat ditemukan di berbagai skala, mulai dari mikroskopis seperti setetes air hingga sebesar hutan hujan tropis atau lautan luas. Di dalam ekosistem, setiap elemen berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kelangsungan hidup seluruh komponen di dalamnya. Pemahaman tentang ekosistem sangat penting untuk konservasi lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, dan mitigasi perubahan iklim. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu ekosistem, bagaimana komponen-komponennya berinteraksi, serta pentingnya menjaga ekosistem untuk keberlanjutan planet kita.

Komponen Penyusun Ekosistem

Ekosistem terdiri dari dua komponen utama: komponen biotik dan komponen abiotik. Kedua komponen ini saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang dinamis. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai komponen-komponen tersebut:

Komponen Biotik

Komponen biotik mencakup semua makhluk hidup dalam ekosistem, yang terbagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan peran dan fungsinya:

  • Produsen
    Produsen adalah organisme yang mampu menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis atau kemosintesis. Contoh produsen adalah tumbuhan hijau, alga, dan beberapa jenis bakteri.
  • Konsumen
    Konsumen adalah organisme yang memperoleh energi dengan memakan organisme lain. Konsumen dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu konsumen primer (herbivora), konsumen sekunder (karnivora), dan konsumen tersier (karnivora yang memakan karnivora lain).
  • Dekomposer
    Dekomposer adalah organisme yang bertanggung jawab untuk menguraikan bahan organik mati menjadi nutrisi yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Contoh dekomposer adalah bakteri dan jamur.

Komponen Abiotik

Komponen abiotik adalah semua unsur non-hidup yang ada dalam ekosistem dan mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Komponen ini meliputi:

  • Cahaya Matahari
    Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi produsen dalam melakukan fotosintesis.
  • Air
    Air sangat penting bagi semua makhluk hidup, baik untuk minum, habitat, maupun proses fisiologis.
  • Udara
    Udara menyediakan oksigen untuk respirasi dan karbon dioksida untuk fotosintesis.
  • Tanah
    Tanah menyediakan nutrisi dan tempat bagi tumbuhan untuk tumbuh. Kualitas tanah sangat mempengaruhi produktivitas ekosistem.
  • Suhu
    Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme dan distribusi makhluk hidup dalam suatu ekosistem.

Interaksi antara komponen biotik dan abiotik sangat kompleks dan membentuk jaring-jaring kehidupan yang saling terkait. Melalui pemahaman mengenai komponen-komponen penyusun ekosistem, kita dapat lebih menghargai dan menjaga keseimbangan alam untuk keberlanjutan hidup di Bumi.

Interaksi dalam Ekosistem

Interaksi dalam ekosistem melibatkan hubungan yang kompleks antara komponen biotik dan abiotik. Interaksi ini penting untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem dan mendukung kelangsungan hidup berbagai organisme. Berikut adalah beberapa jenis interaksi yang terjadi dalam ekosistem:

  1. Interaksi Antar Organisme Biotik
    • Predasi
      Predasi adalah interaksi di mana satu organisme (predator) memakan organisme lain (mangsa). Predasi membantu mengontrol populasi spesies dan dapat mempengaruhi struktur komunitas ekosistem.
    • Kompetisi
      Kompetisi terjadi ketika dua atau lebih organisme bersaing untuk sumber daya yang sama, seperti makanan, air, atau tempat tinggal. Kompetisi dapat terjadi antar spesies (interspesifik) atau dalam satu spesies (intraspesifik).
    • Simbiosis
      Simbiosis adalah hubungan erat antara dua organisme yang hidup bersama. Simbiosis dibagi menjadi tiga jenis:
      • Mutualisme: Kedua organisme mendapatkan manfaat dari interaksi ini. Contoh: hubungan antara lebah dan bunga.
      • Kommensalisme: Satu organisme mendapatkan manfaat sementara yang lain tidak dirugikan maupun diuntungkan. Contoh: ikan remora yang menempel pada ikan hiu.
      • Parasitisme: Satu organisme mendapatkan manfaat dengan merugikan organisme lain. Contoh: cacing pita yang hidup di usus manusia.
  2. Interaksi Organisme dengan Lingkungan Abiotik
    • Fotosintesis
      Tumbuhan hijau, alga, dan beberapa bakteri menggunakan cahaya matahari untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen melalui proses fotosintesis. Ini merupakan dasar dari rantai makanan dalam ekosistem.
    • Siklus Nutrisi
      Nutrisi seperti karbon, nitrogen, dan fosfor beredar melalui ekosistem dalam siklus biogeokimia. Siklus ini melibatkan interaksi antara organisme hidup dan komponen abiotik seperti udara, air, dan tanah.
    • Regulasi Suhu
      Organisme beradaptasi dengan suhu lingkungan mereka untuk bertahan hidup. Misalnya, hewan berdarah panas (homeoterm) dapat mempertahankan suhu tubuh yang konstan meskipun suhu lingkungan berubah, sementara hewan berdarah dingin (poikiloterm) menyesuaikan suhu tubuh mereka dengan lingkungan.
  3. Jaring-jaring Makanan Jaring-jaring makanan menggambarkan aliran energi dan nutrisi melalui berbagai tingkatan trofik dalam ekosistem. Jaring-jaring ini terdiri dari produsen (tumbuhan), konsumen primer (herbivora), konsumen sekunder dan tersier (karnivora), serta dekomposer (organisme yang menguraikan bahan organik mati). Interaksi antar tingkatan trofik ini memastikan aliran energi yang berkelanjutan dan pendaurulangan nutrisi dalam ekosistem.

Melalui pemahaman tentang berbagai interaksi dalam ekosistem, kita dapat lebih mengapresiasi kompleksitas dan keindahan alam serta pentingnya menjaga keseimbangan ekologis untuk kelangsungan hidup semua makhluk di Bumi.

Jenis-jenis Ekosistem

Ekosistem dapat dikategorikan berdasarkan lingkungan fisiknya, yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Masing-masing kategori memiliki karakteristik unik yang menentukan jenis-jenis organisme yang dapat hidup di dalamnya. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis ekosistem:

  1. Ekosistem Darat Ekosistem darat meliputi semua ekosistem yang berada di permukaan tanah. Berikut adalah beberapa contoh ekosistem darat:
    • Hutan
      Hutan merupakan ekosistem dengan vegetasi pohon yang dominan. Hutan dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe berdasarkan iklim dan letaknya, seperti hutan hujan tropis, hutan gugur, hutan konifer, dan hutan bakau. Hutan hujan tropis, misalnya, terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi.
    • Padang Rumput
      Padang rumput adalah ekosistem yang didominasi oleh tumbuhan herba dan rumput. Padang rumput dapat ditemukan di daerah dengan curah hujan sedang. Contoh padang rumput adalah savana di Afrika dan stepa di Asia.
    • Gurun
      Gurun adalah ekosistem yang memiliki curah hujan sangat rendah. Tumbuhan dan hewan di gurun telah beradaptasi untuk bertahan hidup dengan sedikit air. Contoh gurun adalah Gurun Sahara di Afrika dan Gurun Gobi di Asia.
    • Tundra
      Tundra adalah ekosistem yang terdapat di daerah kutub dan pegunungan tinggi dengan suhu sangat rendah dan musim tanam yang pendek. Tundra memiliki lapisan tanah beku permanen yang disebut permafrost. Contoh tundra adalah tundra Arktik di wilayah Kutub Utara.
  2. Ekosistem Perairan Ekosistem perairan meliputi semua ekosistem yang berada di dalam air, baik air tawar maupun air asin. Berikut adalah beberapa contoh ekosistem perairan:
    • Ekosistem Air Tawar
      Ekosistem air tawar mencakup danau, sungai, mata air, dan rawa. Ekosistem ini memiliki kandungan garam yang rendah. Danau dan sungai mendukung berbagai jenis kehidupan, mulai dari ikan hingga tumbuhan air dan mikroorganisme.
    • Ekosistem Air Asin (Laut)
      Ekosistem laut mencakup lautan, teluk, dan terumbu karang. Ekosistem laut adalah ekosistem terbesar di Bumi dan memainkan peran penting dalam mengatur iklim global serta menyediakan sumber daya bagi manusia. Terumbu karang, misalnya, dikenal sebagai salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
    • Ekosistem Pesisir
      Ekosistem pesisir adalah ekosistem yang terletak di pertemuan antara daratan dan lautan, seperti pantai, hutan bakau, dan estuari. Ekosistem pesisir penting untuk melindungi daratan dari erosi dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan dan burung.

Pentingnya Ekosistem

Ekosistem memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung kehidupan di Bumi. Keseimbangan dan kesehatan ekosistem sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ekosistem sangat penting:

  1. Menjaga Keanekaragaman Hayati Ekosistem yang sehat mendukung berbagai spesies flora dan fauna, menciptakan keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman hayati penting untuk:
    • Menjaga keseimbangan ekologi: Setiap spesies memiliki peran tertentu dalam ekosistem, membantu menjaga keseimbangan dan fungsi ekosistem.
    • Penyediaan sumber daya genetik: Keanekaragaman hayati menyediakan sumber daya genetik yang penting untuk pertanian, obat-obatan, dan penelitian ilmiah.
  2. Penyediaan Layanan Ekosistem Ekosistem menyediakan berbagai layanan ekosistem yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, termasuk:
    • Regulasi Iklim: Hutan dan lautan menyerap karbon dioksida, membantu mengatur iklim global dan mengurangi dampak perubahan iklim.
    • Pengendalian Bencana Alam: Ekosistem pesisir seperti hutan bakau dan terumbu karang melindungi daratan dari erosi dan gelombang badai.
    • Penyediaan Air Bersih: Ekosistem air tawar seperti sungai dan danau menyediakan air bersih yang penting untuk minum, irigasi, dan industri.
    • Pemeliharaan Kesuburan Tanah: Hutan dan padang rumput membantu menjaga kesuburan tanah melalui siklus nutrisi dan penguraian bahan organik.
  3. Sumber Daya Alam Ekosistem menyediakan berbagai sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia, seperti:
    • Makanan: Hutan, lautan, dan lahan pertanian menyediakan berbagai jenis makanan, termasuk buah-buahan, sayuran, ikan, dan daging.
    • Bahan Baku: Hutan menyediakan kayu untuk konstruksi dan kertas, sementara ekosistem lainnya menyediakan bahan baku untuk industri seperti minyak, gas, dan mineral.
    • Obat-obatan: Banyak obat-obatan berasal dari tumbuhan dan organisme lain yang ditemukan di ekosistem alami.
  4. Pengendalian Hama dan Penyakit Ekosistem yang sehat membantu mengendalikan populasi hama dan penyakit melalui interaksi antar spesies. Predator alami, misalnya, dapat membantu mengontrol populasi hama pertanian, mengurangi kebutuhan akan pestisida kimia.
  5. Pendidikan dan Penelitian Ekosistem alami menyediakan laboratorium alami untuk pendidikan dan penelitian ilmiah. Memahami interaksi kompleks dalam ekosistem membantu ilmuwan mengembangkan solusi untuk masalah lingkungan dan kesehatan manusia.
  6. Kesejahteraan dan Budaya Ekosistem memiliki nilai budaya, spiritual, dan rekreasi yang penting bagi kesejahteraan manusia. Hutan, pantai, dan taman nasional sering digunakan untuk rekreasi, inspirasi, dan kegiatan spiritual.

Ancaman terhadap Ekosistem

Ekosistem di seluruh dunia menghadapi berbagai ancaman yang dapat mengganggu keseimbangan dan kesehatan mereka. Ancaman-ancaman ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, meskipun faktor alam juga dapat berperan. Berikut adalah beberapa ancaman utama terhadap ekosistem:

  1. Perubahan Iklim Perubahan iklim akibat peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu global meningkat, pola cuaca berubah, dan fenomena cuaca ekstrem menjadi lebih sering. Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem meliputi:
    • Pergeseran distribusi spesies karena perubahan suhu dan curah hujan.
    • Pencairan es di daerah kutub yang mengancam habitat spesies seperti beruang kutub.
    • Pemutihan terumbu karang akibat kenaikan suhu air laut.
  2. Deforestasi Penggundulan hutan untuk pertanian, pemukiman, dan kegiatan industri mengakibatkan hilangnya habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan pelepasan karbon yang disimpan di pohon ke atmosfer. Dampak deforestasi meliputi:
    • Hilangnya spesies flora dan fauna yang bergantung pada hutan.
    • Erosi tanah dan degradasi lahan.
    • Gangguan siklus air dan perubahan iklim lokal.
  3. Pencemaran Pencemaran air, udara, dan tanah oleh bahan kimia berbahaya, limbah industri, dan sampah plastik memiliki dampak negatif terhadap kesehatan ekosistem. Beberapa contoh pencemaran meliputi:
    • Eutrofikasi badan air akibat limpasan nutrien dari pertanian, menyebabkan ledakan alga yang mengurangi oksigen di air dan membahayakan kehidupan akuatik.
    • Pencemaran udara oleh emisi kendaraan dan industri yang menyebabkan hujan asam dan gangguan kesehatan manusia.
    • Pencemaran plastik di lautan yang membahayakan satwa laut melalui tertelan atau terjerat.
  4. Eksploitasi Berlebihan Pemanfaatan berlebihan sumber daya alam seperti penangkapan ikan yang berlebihan, penebangan liar, dan perburuan liar mengancam populasi spesies dan kelangsungan ekosistem. Dampaknya meliputi:
    • Penurunan populasi spesies hingga tingkat yang mengkhawatirkan atau kepunahan.
    • Ketidakseimbangan dalam rantai makanan dan gangguan fungsi ekosistem.
  5. Invasi Spesies Asing Spesies asing yang diperkenalkan ke ekosistem baru dapat menjadi invasif dan mengancam spesies lokal serta keseimbangan ekosistem. Contohnya meliputi:
    • Kudzu di Amerika Serikat yang tumbuh cepat dan menutupi vegetasi lokal.
    • Ikan zebra di Danau Victoria yang menyebabkan penurunan populasi ikan lokal.
  6. Perubahan Penggunaan Lahan Urbanisasi, industrialisasi, dan konversi lahan untuk pertanian seringkali mengakibatkan fragmentasi habitat dan hilangnya ekosistem alami. Dampaknya meliputi:
    • Hilangnya habitat untuk flora dan fauna.
    • Fragmentasi habitat yang mengurangi kemampuan spesies untuk berpindah dan mencari sumber daya.
    • Penurunan kualitas lingkungan dan degradasi lahan.
  7. Kebakaran Hutan Kebakaran hutan, baik yang terjadi secara alami maupun akibat ulah manusia, dapat mengakibatkan kerusakan besar pada ekosistem hutan. Dampaknya meliputi:
    • Hilangnya vegetasi dan fauna yang tidak dapat melarikan diri dari api.
    • Peningkatan emisi karbon yang memperburuk perubahan iklim.
    • Degradasi tanah dan erosi pasca kebakaran.

Melindungi ekosistem dari ancaman-ancaman ini memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas lokal, organisasi non-pemerintah, dan individu. Strategi konservasi, pengelolaan berkelanjutan, dan kebijakan lingkungan yang kuat sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan ekosistem di seluruh dunia.

Upaya Pelestarian Ekosistem

Pelestarian ekosistem memerlukan usaha terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan alam dan keanekaragaman hayati. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan ekosistem:

  1. Konservasi Habitat Melindungi dan memulihkan habitat alami sangat penting untuk menjaga keanekaragaman hayati. Upaya konservasi habitat meliputi:
    • Pendirian dan Pengelolaan Kawasan Lindung: Membentuk taman nasional, cagar alam, dan kawasan konservasi lainnya untuk melindungi ekosistem dari kerusakan.
    • Restorasi Habitat: Memulihkan ekosistem yang terdegradasi melalui penanaman kembali vegetasi asli dan rehabilitasi lahan yang rusak.
    • Koridor Ekologi: Membangun koridor ekologi untuk menghubungkan habitat yang terfragmentasi, memungkinkan pergerakan spesies dan aliran genetik.
  2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan Menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk memastikan ketersediaannya bagi generasi mendatang. Upaya ini meliputi:
    • Pertanian Berkelanjutan: Mengadopsi praktik pertanian yang ramah lingkungan seperti rotasi tanaman, pertanian organik, dan penggunaan pestisida alami.
    • Penangkapan Ikan yang Bertanggung Jawab: Menerapkan kuota penangkapan ikan, zona larangan tangkap, dan peraturan lainnya untuk mencegah overfishing.
    • Pengelolaan Hutan Lestari: Menjaga keseimbangan antara penebangan pohon dan reboisasi serta menghindari penebangan liar.
  3. Pengurangan Pencemaran Mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah untuk melindungi kesehatan ekosistem. Upaya ini meliputi:
    • Pengelolaan Limbah: Meningkatkan pengelolaan limbah industri dan domestik serta mempromosikan daur ulang dan pengurangan limbah.
    • Penggunaan Energi Bersih: Beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
    • Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya: Mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya lainnya serta mempromosikan alternatif yang lebih aman.
  4. Pengelolaan Spesies Invasif Mencegah penyebaran dan dampak negatif spesies invasif melalui:
    • Pemantauan dan Pengawasan: Memantau pergerakan spesies invasif dan mengambil tindakan cepat untuk mengendalikannya.
    • Pendidikan dan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya spesies invasif dan cara mencegah penyebarannya.
    • Pengendalian Biologis: Menggunakan predator alami atau agen biologis lainnya untuk mengendalikan populasi spesies invasif.
  5. Penegakan Hukum dan Kebijakan Lingkungan Memperkuat peraturan dan kebijakan lingkungan untuk memastikan perlindungan ekosistem, seperti:
    • Pemberlakuan Undang-Undang Lingkungan: Menerapkan dan menegakkan undang-undang yang melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati.
    • Pengawasan dan Penegakan Hukum: Memperkuat pengawasan terhadap kegiatan yang merusak lingkungan dan memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran.
    • Kerjasama Internasional: Bekerja sama dengan negara lain untuk mengatasi isu-isu lingkungan global seperti perubahan iklim dan perdagangan ilegal satwa liar.
  6. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem melalui:
    • Pendidikan Lingkungan: Mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah dan program pelatihan masyarakat.
    • Kampanye Kesadaran: Mengadakan kampanye dan kegiatan yang mendorong masyarakat untuk peduli dan berpartisipasi dalam konservasi lingkungan.
    • Partisipasi Komunitas: Melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan proyek konservasi.

Melalui upaya-upaya tersebut, kita dapat melindungi dan melestarikan ekosistem untuk mendukung kehidupan yang berkelanjutan dan kesejahteraan semua makhluk hidup di Bumi.

Kesimpulan

Ekosistem merupakan konsep dasar dalam ilmu lingkungan yang mencakup interaksi antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (komponen non-hidup) di suatu lingkungan tertentu. Interaksi ini penting untuk menjaga keseimbangan dan kelangsungan hidup semua komponen dalam ekosistem. Komponen biotik meliputi produsen, konsumen, dan dekomposer, sedangkan komponen abiotik mencakup cahaya matahari, air, udara, tanah, dan suhu. Interaksi antara komponen-komponen ini membentuk jaring-jaring kehidupan yang kompleks.

Ekosistem dapat dikategorikan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan, masing-masing dengan karakteristik unik yang menentukan jenis-jenis organisme yang hidup di dalamnya. Pentingnya ekosistem mencakup menjaga keanekaragaman hayati, penyediaan layanan ekosistem, sumber daya alam, pengendalian hama dan penyakit, pendidikan dan penelitian, serta kesejahteraan dan nilai budaya.

Namun, ekosistem di seluruh dunia menghadapi berbagai ancaman seperti perubahan iklim, deforestasi, pencemaran, eksploitasi berlebihan, invasi spesies asing, perubahan penggunaan lahan, dan kebakaran hutan. Melindungi ekosistem memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak melalui konservasi habitat, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pengurangan pencemaran, pengelolaan spesies invasif, penegakan hukum dan kebijakan lingkungan, serta edukasi dan kesadaran masyarakat.

FAQ

1. Apa itu ekosistem? Ekosistem adalah suatu komunitas makhluk hidup (biotik) yang berinteraksi dengan komponen non-hidup (abiotik) di lingkungan tertentu, membentuk satu kesatuan yang dinamis.

2. Apa saja komponen penyusun ekosistem? Komponen ekosistem terdiri dari komponen biotik (produsen, konsumen, dekomposer) dan komponen abiotik (cahaya matahari, air, udara, tanah, suhu).

3. Mengapa ekosistem penting? Ekosistem penting karena menjaga keanekaragaman hayati, menyediakan layanan ekosistem seperti regulasi iklim dan penyediaan air bersih, menyediakan sumber daya alam, membantu pengendalian hama dan penyakit, dan memiliki nilai pendidikan, penelitian, dan budaya.

4. Apa saja ancaman terhadap ekosistem? Ancaman terhadap ekosistem termasuk perubahan iklim, deforestasi, pencemaran, eksploitasi berlebihan, invasi spesies asing, perubahan penggunaan lahan, dan kebakaran hutan.

5. Bagaimana cara melestarikan ekosistem? Upaya pelestarian ekosistem meliputi konservasi habitat, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pengurangan pencemaran, pengelolaan spesies invasif, penegakan hukum dan kebijakan lingkungan, serta edukasi dan kesadaran masyarakat.

6. Apa yang dimaksud dengan simbiosis? Simbiosis adalah hubungan erat antara dua organisme yang hidup bersama, yang dapat bersifat mutualisme (kedua organisme mendapatkan manfaat), kommensalisme (satu organisme mendapatkan manfaat sementara yang lain tidak dirugikan maupun diuntungkan), atau parasitisme (satu organisme mendapatkan manfaat dengan merugikan organisme lain).

7. Apa itu jaring-jaring makanan? Jaring-jaring makanan menggambarkan aliran energi dan nutrisi melalui berbagai tingkatan trofik dalam ekosistem, terdiri dari produsen, konsumen primer, konsumen sekunder dan tersier, serta dekomposer.

8. Apa contoh ekosistem darat dan ekosistem perairan? Contoh ekosistem darat termasuk hutan, padang rumput, gurun, dan tundra. Contoh ekosistem perairan termasuk ekosistem air tawar (danau, sungai) dan ekosistem air asin (laut, terumbu karang).

Tinggalkan komentar