Trenggiling menjadi hewan yang paling banyak diperdagangkan di dunia untuk?

Trenggiling menjadi hewan yang paling banyak diperdagangkan di dunia untuk?

Jawaban:

Trenggiling menjadi hewan yang paling banyak diperdagangkan di dunia untuk dikonsumsi daging dan sisiknya. Dagingnya dikonsumsi sebagai sumber protein lokal. Sementara sisiknya digunakan untuk bahan obat-obatan tradisional.

Pembahasan:

Trenggiling adalah mamalia bersisik, berlidah panjang dan tidak memiliki gigi. Terdapat 8 jenis species trenggiling yang tersebar di Afrika dan Asia. Trenggiling di Asia terdiri dari 4 spesies yaitu Chinese Pangolin, Indian Pangolin, Philippine Pangolin, dan Sunda Pangolin. Sunda Pangolin adalah jenis yang paling banyak tersebar di Asia Tenggara. Trenggiling hidup pada habitat dan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Kerusakan habitat dan ekosistem merupakan ancaman bagi keberadaan Trenggiling. Ancaman bagi keberadaan spesies ini juga berasal dari semakin maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar.

Namun sangat disayangkan bahwa trenggiling Sunda saat ini tercatat sebagai hewan berstatus kritis (CR) dalam Daftar Merah IUCN. Status ini sudah dimulai sejak tahun 2017 yang sebelumnya trenggiling berada di posisi kritis dan hampir punah. Pengurangan populasi yang drastis ini diduga akibat perdagangan illegal yang semakin meluas. Spesies ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya, hingga Kalimantan.

Indonesia merupakan rumah bagi satwa liar dilindungi. Namun, status dilindungi tak membuat hewan-hewan itu terhindar dari perburuan dan perdagangan liar. Hewan-hewan dikejar lalu dikulak di pasar lokal maupun internasional. Contohnya adalah harimau, beragam jenis primata, beruang madu, burung, dan trenggiiling. Hewan terakhir ini adalah salah satu mamalia paling banyak diselundupkan di dunia.

Sisik trenggiling mengandung zat aktif Tramadol HCl yang merupakan zat aktif analgesik untuk mengatasi nyeri, serta merupakan partikel pengikat zat pada psikotropika jenis sabu-sabu.

Selama dekade 1990-an, perdagangan trenggiling ke luar Indonesia sebagian besar merupakan kulit sebagai bahan produk-produk tas, dompet, dan aksesori lainnya. Memasuki awal 2000-an, perdagangan kulit digantikan oleh perdagangan internasional yang lebih menguntungkan, yaitu perdagangan sisik untuk obat-obatan tradisional Tiongkok. Sejak tahun 2002, permintaan meningkat tidak hanya sisik, tetapi juga daging dan organ dalam. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga saat ini. Pertumbuhan kesejahteraan Tiongkok sejak pembebasan ekonomi di 1980-an membuat konsumen mau dan mampu membeli produk-produk trenggiling yang memiliki nilai tinggi. Hal itu meningkatkan pula permintaan trenggiling di pasar Asia. Hingga saat ini belum ada negara yang benar-benar bisa menghentikan perdagangan trenggiling di wilayahnya. Negara-negara di Afrika dan Asia pun sedang memperjuangkan masalah yang sama.

Tinggalkan komentar